Nikmat Waktu | Jilbab Online

Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr: 1-3)” 1

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang ia lakukan dengannya, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan, dan tentang anggota tubuhnya untuk apa ia pergunakan.”2

Umur adalah karunia yang sangat berharga bagi kehidupan. Dengannya manusia diberi kesempatan untuk melakukan perdagangan dalam hidup. Dan Allah subhanallahu wa ta’ala telah membeli jiwa-jiwa orang beriman dengan surga-Nya. Oleh karena itu, seorang mukmin harus dapat memanfaatkan waktu dan kesempatan hidup itu untuk ketaatan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala. Sebab ketika mereka melalaikan waktu ibadahnya berarti mereka telah menukar surga itu dengan sedikit kesenangan dunia. Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:

“Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS. Al Furqan: 62)”

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

“Wahai Bani Adam (manusia), sesungguhnya Anda hanyalah “kumpulan hari-hari”, jika hari telah berlalu maka berlalulah sebagian dirimu”. 3

Ketahuilah bahwa tahun-tahun kehidupan laksana pohon di mana bulan demi bulan menjadi cabangnya. Hari yang dijalani ibarat ranting dan jam adalah daunnya, sementara nafas manusia adalah buahnya. Barangsiapa nafasnya dipergunakan untuk ittiba’ kepada kitabullah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh sarinya adalah kebaikan. Barangsiapa nafasnya diisi dengan kemaksiatan maka buahnya adalah kepahitan dan penderitaan. (Al Fawaid, hal 214)4

Fudhail bin ‘Iyadh bertanya kepada seseorang: “Berapa usia Anda?” Ia menjawab: “Enam puluh tahun.” Lalu Imam Fudhail berkata lagi: “Semenjak enam puluh tahun Anda telah berjalan menuju keharibaan Ilahi dan bisa jadi sudah hampir sampai.” Maka lelaki itu berkata: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Imam Fudhail rahimahullah berkata: “Tahukah Anda apa arti inna lillahi wa inna ilaihi raji’un; Barangsiapa yang menyadari bahwa ia adalah milik Allah subhanallahu wa ta’ala dan akan kembali pada-Nya. Maka hendaklah ia menyadari bahwa ia akan dimintai tanggung jawab. Dan jika ia menyadari hal tersebut maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban setiap pertanyaan: Lelaki itu bertanya: “Bagaimana caranya?”

Fudhail Menjawab:

“Perbaiki sisa usia karena dengannya Allah subhanallahu wa ta’ala mengampuni masa lalu. Namun jika sisa usia dilalui dengan keburukan berarti Anda telah mencabut kebaikan masa lalu dan usia tersisa.” 5

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat tentang waktu. Beliau bersabda,

“Jagalah lima perkara sebelum datang yang lima perkara: [1]Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datan waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” 6

1. Masa Muda

Jaga dan manfaatkanlah masa muda untuk ilmu, amal dan berbagai ketaatan. Karena ketika ketuaan mulai menyelimuti jiwa, kelemahan, dan ketidakberdayaan niscaya akan mendatangkan penyesalan. Sungguh berapa banyak orang-orang tua yang ingin berkata: “jika waktu muda dapat kembali sekejap saja niscaya aku sampaikan kepada para pemuda apa yang diderita masa tua.

Waktu adalah perkara yang cepat berlalu dan tidak akan kembali. Karenanya sadarlah bahwa hari yang lalu adalah qadar yang telah kita jalani, hari ini adalah amalan, dan hari esok janganlah jadilah ia angan-angan. Jangan kau menunda amalmu karena penundaan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kelemahan jiwa.

Usia muda adalah fase semangat dan kekuatan. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya dan jangan disia-siakan. Jadikanlah dunia atau masa muda sebagai persiapan (bekal) untuk negeri akhirat. Seperti dalam firmah Allah subhanallahu wa ta’ala:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)”

2. Waktu Sehat

Jika kita masih diberi kesehatan, jangan sia-siakan anugerah itu. Sebab saat ujian penyakit mendera jasmani, kita mungkin hanya berada dalam keluhan bahkan keputusasaan. Jika sebelumnya kita tidak pernah memahami bahwa penyakit itu pun adalah ujian, jangan perpanjang angan-angan, jangan terlalu mementingkan kesehatan jasmani hingga kita menjadi budak bagi raga kita sendiri. Perhatikanlah banyak orang-orang yang mementingkan jiwa berada dalam kesedihan dan penderitaan. Mereka mengira mendapat keuntungan namun hasilnya hanyalah penderitaan dan kerugian. Hari ini utamakanlah kehidupan ruhmu karena sesungguhnya manusia akan dianggap manusia jiak ia hidup dengan jiwanya.

3. Waktu Kaya

Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun di akhirat.

Allah berfirman:

“Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.” (QS. Al-Hadid: 7)

“Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.” (QS. An-Nur: 33)

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah: 254)”

Firman Allah ini menunjukkan bahwa sedekah juga merupakan bekal untuk menuju akhirat. Ingatlah bahwa orang-orang yang bakhil dan senantiasa menimbun harta dan menyimpan untuk dirinya sendiri, mereka pasti akan menerima apa yang telah dijanjikan Allah untuk mereka di akhirat kelak.

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”. (QS. At-Taubah: 34-35)

4. Waktu Luang

Janganlah waktu luang sampai menipu dan memperdaya kita hingga kita melupakan masa pertanggungjawaban yang menyibukkan. Pergunakanlah waktumu untuk hal-hal yang berharga di sisi Allah sebelum datang kematian yang tidak bisa dielakkan.

Umar bin Khaththab rahimahullah berkata: “Hisablah dirimu (saat ini) sebelum kamu dihisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang )pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah).”

Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman:

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya). (QS. Al-Haqqah: 18)”

Ibnu Mas’ud berkata:

“Tidak ada yang lebih aku sesali, kecuali bila matahari telah terbenam maka berkuranglah masa ajalku, namun tidak bertambah sedikit pun amalanku.”7

5. Waktu Hidup

Ketika kita terjaga dari lelapnya tidur; hal itu berarti kita masih diberi kesempatan untuk beramal. Maka beramal-lah sebelum datang kematian yang memutus setiap amal dan harapan. Ingatlah bahwa pintu gerbang kesibukan itu adalah kuburan.

Sungguh kematian laksana pencuri tanpa bayangan, yang menarik tanpa tangan, dan berjalan tanpa kaki, siapa yang tidak mati oleh pedang, maka ia mati oleh sebab yang lainnya. Banyak sebab kematian, namun kematian hanya satu, dialah yang memisahkan kita dari dunia dan segala tipu dayanya. Maka bersiaplah sebab persiapan itu bagian dari ketakwaan dan engkau pasti tidak akan tahu ketika malam menutupi siang apakah engkau akan hidup menjelang fajar.

Kematian adalah sebuah kepastian yang mengantar setiap yang bernyawa pada gerbang pertama negeri pertanggungjawaban. Namun dunia telah menyelimuti manusia dengan kabut angan. Sungguh orang yang pintar hanyalah mereka yang selalu bersiap untuk kematian dan apa yang ada di baliknya.

Masa-masa yang penuh kenikmatan niscaya hilang oleh silih bergantinya siang dan malam. Berapa banyak pergantian waktu telah memisahkan harta dari pemiliknya. Ketika waktu berlalu jadilah dunia yang telah mereka pinah seperti bayang-bayang. Kalaupun ia datang, ternyata ia membawa sejuta duka dan kebimbangan. Namun ketika ia menghilang, yang tersisa hanyalah penyesalan dan panjangnya angan-angan.

Kini cobalah sejenak engkau berhenti dan di batas pusara orang yang engkau cintai, bertanyalah padanya siapakah yang akan segera menyusul dalam kegelapan kuburan. Tahukah engkau bahwa pusara itu mungkin munajat kepadamu meski dia diam dan penghuninya berada dalam berjuta kerahasiaan.

Berapa banyak kuburan telah membisukan mereka yang senantiasa melagukan senandung setan di kehidupan.

Berapa banyak kuburan yang telah membenamkan harapan dan impian kejayaan dunia yang renta memesona.

Berapa banyak kuburan yang telah memisahkan seorang pecinta dengan yang ia cintai, sang perindu dengan yang dirindui.

Padahal ketika mereka melintas di pusara sang kekasih, ia berlalu dan seolah tidak mengenalnya. Kalaupun ia berhenti sejenak, itu hanya untuk mengenang masa lalunyua.

Bahkan yakinlah bahwa ia tidak akan pernah mau menemani sang kekasih dalam gelapnya kuburan.

Lalu untuk siapakan dunia yang telah mereka kumpulkan tanpa henti, untuk siapakah kerinduan yang dimiliki, apakah arti cinta dan harapan dunia jika akhirnya semua hilang di tapal batas kehidupan yang fana.

Maka mintalah perlindungan kepada Allah subhanallahu wa ta’aa dari usia tua yang jelek sebagaimana doa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa meminta perlindungan melalui doa:”

“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan dari-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir (pelit).”8

Semoga kita menjadi generasi yang pandai bersyukur dengan banyak memuji dan menaati pemberi nikmat (Allah subhanallahu wa ta’ala) serta menggunakan semua nikmat untuk taat kepada Allah. Aamiin.

Disadur dari buku Ketika Cinta Merindu pada Bab Syukuri Nikmat yang ditulis oleh Ali Ahmad bin Umar.
Penerbit: Naashirussunnah, Dzulhijjah 1433 H.

Sumber ilustrasi

————————-

Catatan kaki:

1 Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “Jika sekiranya Allah tidak menurunkan hujah atas hamba-Nya selain dari, maka surah ini sudah cukup menjadi hujah atas mereka.

2 HR. Tirmidzi, 4/612 no. 2417 dan Ad Darimi, 1/452 no. 554 Maktabah Syamilah.

3 Abu Muhammad Al-Aziz, Miftah Al-Afkar Litta’hibil Qarar, 3/29 no. 327, Maktabah Syamilah.

4 Abdul Malik Al Qasimi, Waktu Nafas yang Tidak Kembali, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2006, hlm 28.

5 Abdul Malik Al Qasimi, Waktu Nafas yang Tidak Kembali, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2006, hlm 41.

6 HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, dikatakan oleh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al-ALbani dalam Al-Jami’ Ash-Shagir.

7 Miftah Al-Afqar lita’hibi li Daril Qarar, 3/29 no. 332 Maktabah Syamilah.

8 HR. Bukhari, 8/79 no. 6371, Maktabah Syamilah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *