Bila Istri Kufur terhadap Suami

Bagaimana kedudukan seorang istri menjadi kufur dihadapan
Allah?? Sebuah pertanyaan penting yang harus diketahui jawabannya oleh para
istri maupun ibu sebagai pendidik dan juga ukhti muslimah lainnya yang sedang
mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan,…tulisan dibawah ini selayaknya
menjadi bahan renungan bagi kita bersama …..

Wahai ukhti muslimah,..wahai para istri yang sedang membina biduk rumah tangga bersama suami tercinta,…tentunya engkau sangat ingin dijuluki sebagai simpanan yang paling baik diatas muka bumi ini  sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:

“Ingatlah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu simpanan yang paling baik bagi seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika suami memandangnya, maka dia membuatnya senang, jika suami menyuruhnya maka dia menaatinya dan jika suami tidak ada disisinya maka dia menjaganya “(HR.Abu Dawud)

Alangkah berbahagianya seorang suami bila mendapati istrinya termasuk seorang wanita shalihah karena ia adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi.Perhiasan yang tidak ternilai.Dan, juga betapa bahagianya sang istri  bila mendapati suaminya yang ia cintai senang terhadap dirinya dan meredhainya karena dengan keridhoan suaminya itu maka apabila ia mati tidak ada balasan yang terbaik baginya melainkan surga Allah yang seluas langit dan bumi dimana ia bisa memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendakinya. Coba ukhti simak hadits berikut dibawah ini :

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, dia bercerita, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda :

“Wanita mana saja yang meninggal sedang suaminya meridhainya maka akan masuk surga” (HR.Ibnu Majah,Tirmidzi, dan Hakim, Dan Al-Hakim mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih)

Sabda Beliau yang lainnya:

“Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu, dan berpuasa bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya, menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya,”masuklah kamu kedalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki”(HR.Imam Ahmad dan Nasa’i. Semua perawi hadits ini tsiqah)

Karena itu tidak boleh hilang dari benak kita bahwa memahami ajaran agama yang lurus ini dengan kesadaran dan ketaatan kepada suami merupakan bagian yang dapat memasukkan seorang wanita muslimah ke dalam surga.

Akan tetapi kita dapati kenyataan dewasa ini sedikit sekali seorang istri yang taat kepada suaminya dan mensyukuri pemberian suami kepada dirinya (kecuali yang dirahmati Allah). Selalu saja merasa kurang dan tidak cukup.Sehingga suami yang sudah lelah bekerja seharian jarang disambut dengan senyuman mesra karena kecilnya penghasilan sang suami.Dia tidak sadar telah menjerumuskan dirinya dalam bahaya besar yaitu bahwa Allah tidak sudi memandang dirinya akibat dari  ketidak peduliannya terhadap rasa  syukurnya  atas apa yang diberikan suami kepadanya baik nafkah ataupun yang lainnya.Hal ini sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sabdakan:

“Allah tidak akan memandang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia butuh kepadanya”(HR.Al-Hakim dalam Mustadraknya, beliau mengatakan isnad hadits ini adalah shahih)

Hendaklah seorang istri mengingat hadits diatas dengan baik dalam pikirannya agar ketika ia lupa mengucapkan syukur (terima kasih) kepada suaminya segera beristighfar kepada Allah Ta’ala dan segera mengucapkan ucapan syukur kepada suaminya untuk menghindarkan dirinya dari kemurkaan Allah. Yang demikian itu karena wanita muslimah yang telah dibekali dengan ilmu agama sadar dan selalu menepati janji dan tidak mengenal kufur terhadap nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya karena dia mendapatkan petunjuk dari agamanya yang menyelamatkan dirinya dari kebobrokan moral akhlak wanita-wanita kafir yang tidak pernah mengakui kebaikan-kebaikan yang suami mereka berikan.Ironisnya wanita-wanita muslimah dewasa ini diantara mereka ada yang berperilaku demikian. Mungkin hadits dibawah ini patut untuk dicamkan, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:

“Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau,”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga  dan kufur terhadap kebaikan.Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”(Hadits Muttafaq Alaih)

Sedangkan dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha dia menceritakan:

“Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata:’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab:”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan.Kemudian suatu saat dia marah dan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari”(HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih)

Hadits-hadits diatas menegaskan tentang kufurnya seorang wanita terhadap kebaikan yang terkandung didalamnya kufur terhadap kenikmatan sekaligus penghinaan terhadap nafkah yang diberikan suami. Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah menerangkan dengan jelas dan baik supaya salah seorang dari wanita-wanita itu tidak ada alasan dihadapan Allah Ta’ala pada saat Dia menanyakan tentang muamalahnya dengan sang suami, “Apakah engkau berbuat baik kepadanya ataukah engkau mengkufuri nikmatnya dan meremehkan pemberian nafkahnya?(1)

Jelaslah sudah bagaimana seorang istri bisa menjadi kufur dihadapan Allah. Hendaklah dari sekarang kita menyadari dan meninggalkan perbuatan tersebut karena hal itu merupakan penyebab disiksanya wanita dineraka pada hari kiamat kelak.

Semoga Allah senantiasa menjaga istri-istri muslimah  sehingga
rumah-rumah mereka dipenuhi dengan cahaya keimanan dan menjadikan mereka
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin, karena sesungguhnya sedikit sekali golongan yang bersyukur itu sebagaimana firman-Nya:

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”(Saba:13)

wallahu ‘alam bish-shawwab.

catatan kaki:

(1).30 Larangan wanita, hal:63

Maraji’:

1. Al-Qur’an ,Depag

2.Jati Diri Wanita Muslimah, Pustaka Al-Kautsar

3.30 Larangan Wanita,Pustaka Azzam

 

 

 

   

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *