Syukurnya Seorang Buta | Jilbab Online

Imam Bukhari (hadits no
3464) dan Muslim (hadits no 2964) meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi
shalallahu alaihi wa salam pernah bercerita: ”Dahulu ada tiga orang Bani Israil
yang masing-masing menderita suatu penyakit. Orang pertama diserang penyakit
kudis disekujur tubuhnya, orang kedua tidak memiliki sehelai rambut pun di
kepalanya (botak) dan orang ketiga menderita cacat pada matanya sehingga tidak
bisa melihat (buta). Allah ingin menguji mereka dengan mengutus
malaikat-Nya.

Malaikatpun mendatangi orang pertama seraya bertanya: ”Apa
yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Warna dan kulit yang indah serta
hilangnya seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku.” Malaikat
lalu mengusapnya sehingga segala cacat di kulitnya hilang dan berganti warna
kulit yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang (ternak) apa yang anda
inginkan?” Jawabnya: ”Unta…-atau sapi-” (perawi ragu). Lantas diapun diberi
unta yang sedang bunting dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah memberkahimu dengan
binatang itu.”.

Selanjutnya malaikat mendatangi orang yang botak dan
bertanya: ”Apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Rambut yang indah serta
hilangnya seluruh cacat yang membuat manusia lari dariku.” Malaikat lalu
mengusapnya sehingga cacat di kepalanya hilang dan diberi rambut yang indah.
Malaikat lalu bertanya lagi: ”Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya:
”Sapi”. Lantas diapun diberi seekor sapi bunting dan malaikat berdoa: ”Semoga
Allah memberkahimu dengan binatang itu.”

Kemudian malaikat mendatangi
orang ketiga (si buta) dengan pertanyaan yang sama: ”Apakah sesuatu yang paling
anda inginkan?” Jawabnya: ”Semoga Allah menyembuhkan mataku hingga aku dapat
melihat.” Malaikat lalu mengusapnya sehingga dia dapat melihat. Malaikat lalu
bertanya lagi: ”Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya: ”Kambing”.
Lantas diapun diberi kambing bunting dan malaikat berdoa: ”Semoga Allah
memberkahimu dengan binatang itu.”

Waktu terus berputar, hari datang
silih berganti, bulan terus berganti dan tahun demi tahun pun berlalu. Ternak
mereka makin berkembang biak dan bertambah banyak, hingga masing-masing
mempunyai sebuah lembah yang mereka pergunakan untuk menggembala ternaknya
masing-masing. Lembah unta, lembah sapi, dan lembah kambing.

Tibalah
saatnya bagi Allah untuk menguji mereka. 

Malaikat kembali
mendatangi orang pertama yang kini adalah orang kaya dan tidak lagi berkudis.
Malaikat tersebut datang dengan wujud dan keadaan orang tersebut sebelum jadi
kaya, yaitu seorang miskin lagi berkudis. Kemudian mengatakan: ”Saya seorang
miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan, hari ini tiada yang dapat menolong
diri saya kecuali Allah kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah
dikaruniai kulit yang indah untuk berkenan kiranya memberikan sedikit harta demi
kelangsungan perjalanan saya”. Si kudis menjawab: ”Tidak, kebutuhanku yang lain
masih banyak.” Malaikat berkata: ”Sepertinya dulu saya pernah mengenal tuan.
Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis lalu Allah sembuhkan? Dan
dahulu tuan adalah seorang fakir lalu Allah cukupkan?” Dia menjawab: ”Harta ini
adalah warisan nenek moyang sejak dulu”. Kata Malaikat: ”Jikalau engkau dusta
maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan semula”.

Berikutnya malaikat
mendatangi orang kedua. Malaikat menyerupai wujudnya ketika masih miskin dan
botak dahulu seraya mengajukan permintaan yang serupa dengan orang kedua tadi.
Jawaban yang diperoleh pun tak berbeda dengan jawaban orang pertama. Akhirnya
malaikat berkata: ”Jikalau engkau dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti
semula”.

Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang
buta yang miskin seraya mengatakan: ”Saya orang miskin yang kehabisan bekal
dalam perjalanan. hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah,
kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah disembuhkan oleh Allah untuk
berkenan kiranya memberi saya sedikit harta demi kelangsungan perjalanan saya
ini”. Jawab si buta: ”Dahulu aku adalah seorang buta, kemudian Allah
menyembuhkanku. Maka ambillah apa saja dan berapapun yang anda mau dan
tinggalkan yang anda tidak suka. Demi Allah, saya tidak merasa keberatan bila
anda mengambil sesuatu untuk Allah”. Malaikat menjawab: ”Tahanlah hartamu,
ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang diuji. Allah telah meridhoimu dan
murka kepada saudaramu”.

Su Buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya
kepada malaikat tersebut yang dalam pandangannya adalah seorang yang membutuhkan
bantuan. Maka Allah memberkahinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeda
halnya dengan kedua rekannya terdahulu yang ternyata dia berubah menjadi seorang
bakhil. Setelah berubah menjadi orang kaya dan berharta, keduanya lupa akan
kewajibannya, yaitu bersyukur kepada Allah dan memberikan hak orang lain yang
juga membutuhkan uluran tangannya. Maka dikembalikanlah keadaan mereka
sebagaimana semula.

Dari kisah di atas kita dapat mengambil banyak hikmah
dan pelajaran yang sangat berharga. Di antaranya:
1. Iman akan adanya para
malaikat yang diciptakan Allah dari cahaya.
2. Malaikat dapat menjelma
seperti wujud bani Adam.
3. Wajibnya bersyukur atas nikmat yang diberikan
oleh Allah.
4. Syukur nikmat merupakan sebab keridhaan Allah.
5. Penetapan
sifat ”Ridho” dan ”Murka” bagi Allah sebagaimana aqidah salaf.
6. Sifat
bakhil dan dusta merupakan penyebab murka Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana
terjadi pada si kudis dan si botak.
7. Jujur dan dermawan merupakan sifat
yagn mulia sebagaimana sifat si buta di atas.
8. Harta yang sedikit tapi
disyukuri itu lebih baik daripada banyak tapi tidak disyukuri sebagaimana harta
si buta yang hanya kambing dibanding harta si kudis dan si botak yaitu unta dan
sapi.
9. Keutamaan shadaqah dan belas kasih terhadap fakir miskin.
10.
Pentingnya ilmu kisah karena lebih mendalam di hati manusia.

Sumber:
Majalah Al Furqon edisi 1 tahun II

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *